Pertanian Di Dunia

Pertanian Di Dunia

Beberapa contoh pertanian di luar negeri:

1. Pertanian di Jepang yaitu, Kebijakan Pemerintah dan Nasib Petani

IMG-20111201-00391

Pertanian bukanlah sektor andalan bagi Negara Jepang. Sumbangsih sektor pertanian terhadap Gross Domestik Product (GDP) hanya 1,5 %, namun mengapa pemerintah Jepang membela petani mati-matian?
Dengan jumlah penduduk 127,57 juta jiwa (peringkat 10 dunia) dan menempati hanya 377,944 km2(2012), Jepang adalah salah satu negara berpenduduk terpadat di Dunia.  Untuk menjamin ketersediaan pangan bagi rakyatnya, Pemerintah Jepang mengalokasikan APBN sebesar 3,7% dan memberikan subsidi hingga 770% untuk sektor pertanian.
Komoditas pertanian dalam negeri yang paling diproteksi adalah beras, daging dan susu, selebihnya Jepang menggantungkan produk pertanian dari impor. Jepang memiliki empat musim yang tidak memungkinkan dilakukan pola budidaya untuk segala jenis tanaman dan peternakan, sehingga untuk memenuhi kebutuhan hasil pertanian lainnya seperti gandum, buah-buahan, dan komoditas perkebunan diperoleh dari impor.
Rencana pemerintah Jepang untuk menandatangani kesepakatan ini mendapat tentangan dari kelompok petani yang diwakili oleh Japan Agriculture Cooperation (JA-Zenchu), dan saat tulisan ini dibuat (Desember 2011), negosiasi antara pemerintah Jepang dengan parlemen dan perwakilan petani masih dalam proses.
Pada titik ini, sebenarnya Jepang bukan merupakan negara yang pas sebagai contoh dalam hal perlindungan dan pemberdayaan bagi petani. Namun kebijakan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah Jepang selama ini masih tetap menarik untuk dipelajari lebih jauh, karena petani di Jepang masih menjadi petani yang paling makmur dan berdaya di dunia.

Sumber:  http://yusmansyah.wordpress.com/2012/09/17/nasib-petani-di-jepang-1/

2. 459 Belanda, Potret Negara Agraris yang Sebenarnya

Berbicara mengenai Negara Belanda, ingatan saya akan selalu tersambung dengan mantan negri penjajah dan kemajuan pertaniannya.
Belanda adalah negara pengekspor produk pertanian terbesar kedua setelah USA dan negara pengekspor sayur serta bunga terbesar ketiga di dunia. Belanda memasok seperempat dari sayuran yang diekspor Eropa.
Pada tahun 2010, di Belanda terdapat 10.000 Ha greenhouse dan separuhnya digunakan untuk menanam sayuran. Tomat, paprika dan mentimun merupakan hasil utama dari greenhouse ini. Greenhouse di Belanda dilengkapi teknologi yang canggih dan mengefisienkan waktu kerja.



Contohnya, greenhouse yang memproduksi honing tomaten sejenis tomat ceri dengan warna merah cerah, tekstur daging buah yang renyah dan cita rasa manis seperti madu. Greenhouse honing tomaten ini bisa dikatakan unik karena melibatkan lebah madu sebagai predator alami dan membantu dalam penyerbukan bunga tomat.
Belanda adalah contoh menjadi negeri agraris yang produktif, inovatif, kreatif, berskala dunia namun tetap menomorsatukan konsep ramah lingkungan, penggunaan teknologi berkelanjutan, efisiensi energi dan berorientasi pada kepuasan konsumen. Indonesia bisa belajar dari Negri Belanda, untuk menjadi negara agraris yang sebenarnya.

Sumber : http://kompetiblog2012.wordpress.com/2012/05/17/459-belanda-potret-negara-agraris-yang-sebenarnya/

3. Cara AS Memajukan Pertanian



Amerika Serikat (AS) merupakan salah satu negara pengekspor hasil pertanian terbesar di dunia. Komoditasnya pun lengkap dan berkualitas sangat baik, mulai dari sayur-sayuran, buah-buahan, ayam potong, daging sapi, susu, hingga ke tembakau dan biji-bijian.
Hasil tani utama para petani AS, antara lain gandum, kacang kedelai, beras, kapas, dan tembakau. Komoditas ini sebagian besar dieks-por ke sejumlah negara. Indonesia, antara lain mengimpor kacang kedelai, gandum, kapas, produk olahan susu, dan pakan ternak. Sungguh sebuah ironi. Ya...., berbagai tanaman ini semestinya dapat dihasilkan di tanah Indonesia yang subur.
Kalau kita menoleh sejenak ke belakang, sejarah mencatat bahwa sebelum orang-orang Eropa datang ke benua Amerika, penduduk asli Amerika, suku Indian telah menanam jagung. Jadi, umur perkebunan jagung di AS telah ribuan tahun. Nah.. waktu orang-orang Eropa dari berbagai negara mulai berdatangan, pertanian semakin meluas di sana.
Teknologi pertanian AS semakin maju lagi sejak abad ke-19, saat banyak mesin dan teknologi baru ditemukan. Kemajuan teknologi ini sampai ke AS, tetapi tidak membuat mereka  meninggalkan pertanian. Justru pertanian di sana semakin berkembang. Mesin dan teknologi yang ditemukan itu juga digunakan untuk meningkatkan hasil dan mutu pertanian.
Seperti penerapan ilmu biologi untuk mencangkok tanaman, agar hasil buahnya lebih bagus dari tanaman induknya. Ilmu pertanahan berguna untuk mengelola tanah pertanian dan mengatur sistem irigasinya. Kemajuan teknologi membuat pertanian semakin maju. Buktinya, lahan pertanian pun makin luas. Kebanyakan lahan pertanian di AS ditanami, antara lain jagung dan gandum. Tanah pertanian utama digunakan untuk menghasilkan makanan serat-seratan.
Bahkan komoditas yang dulunya tidak ada di sana, sekarang ini sudah banyak juga. Salah satunya adalah kedelai, yang baru diperkenalkan di AS pada tahun 1950-an, kini menjadi salah satu pengekspor kedelai terbanyak. Dan, salah satu importir kedelai dari AS adalah Indonesia.

Sumber: http://www.sainsindonesia.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=623:cara-as-memajukan-pertanian&catid=33&Itemid=138

4. Perubahan Iklim Memiliki Petani Kopi Di Haiti Mencari Tinggi Ground

A Haitian woman holds cherries from a coffee tree. Haiti's coffee trade was once a flourishing industry, but it has been crippled by decades of deforestation, political chaos and now, climate change.

Haiti pernah diproduksi setengah kopi dunia. Subur, teduh tertutup pegunungan memberikan lingkungan yang ideal untuk pohon Arabika yang diimpor.

Saat ini, kopi Haiti nyaris register dalam survei global. Embargo perdagangan, deforestasi dan munculnya pusat-pusat kekuatan kopi global seperti Brazil dan Indonesia adalah beberapa alasan. Dan sekarang, ada perubahan iklim.

Tapi di sini dalam berdiri pohon kopi di dekat Beaumont, salah satu bagian hutan beberapa Haiti, kopi - tumbuh, minum dan menjualnya - tetap menjadi bagian dari budaya. Perempuan menyanyikan Creole lagu rakyat karena mereka meneliti kelompok buah kopi. Di dalam buah lubang-lubang yang akan difermentasi, dipanggang, tanah dan, suatu hari, diseduh kopi. Mereka menarik yang merah cerah dari cabang dan melemparkan mereka ke dalam ember plastik.

Lokal co-op akan membeli dan memproses ceri ini, kemudian menjual biji berkualitas rendah di pasar lokal. Kacang-kualitas tertinggi akan mendapatkan dijual ke pembeli nirlaba di Madison, Wis.

"Sejak kecil saya sudah tumbuh kopi," kata Enock Telemaque, yang memiliki pohon-pohon perempuan panen. "Saya tumbuh dengan ayah saya dan ibu saya."
Biji kopi yang meraup untuk jemur di Guatemala barat.
TheSalt
Journey Of A Specialty Coffee Bean, Dari Cherry Untuk Piala

Anak Telemaque ini menanam kopi, juga. Tapi cucu-cucunya mungkin tidak memiliki kesempatan itu. Perubahan iklim mendorong suhu di Haiti, kata Anton Eitzinger dengan The Center for Tropical Agriculture. Itu buruk bagi kopi dan bagi petani.

"Di mana kopi sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim, kita harus berpikir tentang diversifikasi ke tanaman lain," kata Eitzinger.

Tanaman berharga, seperti mangga dan kakao. Dan bagi petani Haiti untuk terus tumbuh kopi, mereka akan harus melakukannya pada ketinggian yang semakin tinggi, di mana udara lebih dingin.

Ekspor kopi Haiti telah terus menurun selama dua dekade terakhir. Mereka membawa sekitar $ 1 juta per tahun - hanya sebagian kecil dari perdagangan global.
Sebuah berry kopi sepenuhnya terbentuk, kiri, ditampilkan di sebelah kopi berry yang rusak karena kekeringan, di sebuah kebun kopi di Santo Antonio do Jardim, Brasil pada 6 Februari.

Dia membawa kita melewati balok semen dengan tumpukan biji pengeringan di bawah sinar matahari dan ke dalam dirinya timah-atap rumah untuk memamerkan penuh, 60-kilo (sekitar £ 132) karung kopi dia dipanen - memprediksi itu akan mendarat nya $ 3 per pon .
"Kopi adalah rekening bank. Kami mengirim anak-anak kita ke universitas dengan kopi," kata Bezaire. Dia mendengar dia akan perlu membuat perubahan, seperti kemungkinan pindah ke tempat yang lebih tinggi.

Daerah yang lebih tinggi akan terus memproduksi kopi. Di situlah Gilbert Gonzales mendapat kacang nya. Gonzales adalah wakil presiden Rebo, salah satu pembeli terbesar di Haiti. Kebanyakan kopi yang ditanam di Haiti akan dikonsumsi di Haiti, tapi Rebo juga menjual kacang untuk perusahaan di Irlandia dan Jepang, dan dikemas, kopi panggang secara online di Amerika Serikat.
Seorang pekerja mengeringkan biji kopi di perkebunan kopi di Santiago Atitlan, Guatemala, di Februari 2013.

"Ada kebutuhan untuk memodernisasi. Ada kebutuhan untuk meningkatkan hasil. Ada kebutuhan untuk menyuntikkan kepercayaan di sektor ini," kata Gonzales.

Jadi dia membuat lompatan ke pertanian. Rebo adalah menciptakan tiga peternakan demonstrasi di dataran tinggi sekitar Haiti, tempat untuk mengajarkan petani bagaimana menanam kopi yang Rebo dapat menjual secara global.

"Pembeli akan merasa lebih percaya diri mengetahui bahwa perusahaan Haiti berinvestasi dalam produksi," katanya. Gonzales menyebutnya sebagai investasi di masa depan.

Untuk saat ini, petani Haiti mencoba untuk menggunakan varietals baru dari Kolumbia yang lebih tahan panas. Tapi mereka tidak akan tahu apakah upaya tersebut bekerja selama beberapa tahun, ketika pohon-pohon mulai berbuah. Irigasi, rotasi tanaman dan pengelolaan naungan teknik dalam berat gundul Haiti juga bisa membantu mencegah perubahan lebih lanjut, tapi kemungkinan wilayah ini tidak akan pernah melihat ledakan yang sama dulu.

Sumber: http://www.npr.org/blogs/thesalt/2014/10/20/357589088/climate-change-has-coffee-growers-in-haiti-seeking-higher-ground

5. Pertanian Modern Taiwan
















Hamparan sawah seluas satu hektar, hanya memerlukan waktu tiga jam dalam menanam padi, jika menggunakan mesin tanam padi seperti yang ada di Taiwan. Dengan pola tanam tersebut tentu dapat menghemat tenaga kerja, waktu serta yang menggiurkan adalah hasil panen yang memuaskan.Per hektar mampu menghasilkan 12 ton gabah.

Sistem pertanian modern di Taiwan, agaknya menjadi daya tarik bagi Kepala KDEI Taipei.Sehingga walau harus menempuh perjalanan sekitar 3 jam antara Taipei Changhua, bapak dua putra ini tetap semangat mengikuti arahan dari konsultan teknik Chang Kuo-An saat mengunjungi para petani Taiwan beberapa waktu lalu.

Padi sangat jauh dengan sistem yang ada di Indonesia.Jika petani Indonesia dari bibit disemai dihamparan persemaian. Setelah persemaian tumbuh dengan memakan waktu kira-kira 15 hari barulah bibit padi di cabut(di daut) dari persemaian. Setelah itu padi baru di tanam diatas lahan. Dalam satu hektar cara penanaman ini memerlukan waktu seminggu dan membutuhkan tenaga kerja sekitar empat atau lima orang.

Cara tanam dengan menggunakan mesin tanam ini hanya memerlukan waktu tiga jam per hektar. Menggunakan mesin tanam ini, selain lebih efisien waktu dan tenaga juga membuat tanaman rapi, karena secara otomatis mesin telah memisah-misah bibit dengan jumlah yang sama dan dalam garis yang sama pula.Dengan menggunakan system ini, akan memperpendek proses olah, tanam dan petik. Mulai dari persemaian hingga panen petani merasakan jika dengan sistem ini akan lebih menguntungkan.

Keunggulan teknologi pertanian  Taiwan ini, karena proses pertanian di dukung dengan mesin yang seluruh prosesnya tidak banyak menyerap tenaga manusia. Seperti yang terlihat di lokasi, jika terdapat dua ruang yang terdapat mesin pompainer. Satu ruang khusus untuk mencampur tanah gabah dan pupuk, serta satu ruang lagi sebagai tempat pencetakan bibit.MenuruT Mr. Chan jika mesin pompainer berfungsi untuk menjaga mutu  bibit yang di tanam.Sementara mesin-mesin ini mampu menghasilkan produksi bibit sekitar 3000 per jam.

Sumber: http://pertanian-bojonegoro.blogspot.com/2012/10/mengintip-pertanian-modern-taiwan.html#!/2012/10/mengintip-pertanian-modern-taiwan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar